Membendung Radikalisme dengan Festival Kaligrafi Internasional
Festival Kaligrafi Internasional dibuka oleh WaBup Kabupaten Jombang, Ibu Hj. Mundjidah Wahab di PonPesn Mamba’ul-Ma’arif Denanyar, Kamis (14/9/2017). Kesan Wabup di acara festival Kaligrafi ini bisa memberikan pendidikan keterampilan dan dapat membendung Radikalisme di kalangan pemuda.
Disamping dukungan dari pemda Kab Jombang, Kegiatan semacam ini perlu ditingkatkan dan difasilitasi oleh NU, khususnya NU Jombang. Hal ini bisa dijadikan pusat kajian islam tentang kaligrafi yang bertaraf internasional di kota santri, Jombang.
Ahmad Athoillah menyebutkan bahwa festival Kaligrafi Internasional ini adalah bagian dari kegiatan hari santri nasional yang merupakan program dari PBNU. Festival Kaligrafi Internasional ini banyak diminati dari luar negeri. Khsusnya pecinta-pecinta kaligrafi dari negara-negara ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, hadir juga Thailand, Timor Leste dan juga perwakilan dari negara Phlipina.
Bahkan Negara islam yang minoritas sekalipun, yaitu dari Kamboja dan juga negara Laos telah menghadiri acara Festival Kaligrafi Internasional. Peserta dari Negara Timur, yaitu Arab Saudi, turki dan Jordania. Tak luput juga pecinta Kaligrafi dari negeri Bambu, RRC, Tiongkok China. Peserta Festival Kaligrafi Internasional ini telah dihadiri kurang lebih 120 pecinta kaligrafi di seluruh dunia.
Yang lebih menarik dalam kegiatan festival Kaligrafi Internasional selain lomba dan pameran kaligrafi adalah saat acara pemberian sanad (ijazah kaligrafi) dari pengurus Organisasi kaligrafi Internasional.
Inilah bentuk pembentengan dari radikalisme. yaitu pemberian sanad. Sanad adalah tradisi keilmuan yang menjunjung tinggi adab keilmuan. Dan Nahdlatul Ulama sudah dari sejak pendirinya menjunjung tinggi sanad keilmuan.
Keilmuan kaligrafi Arab membutuhkan ketelitian dan tingkat sabar yang tinggi selain luwes juga khat yang dihasilkan menjadi lembut dan cantik serta berkarakter. Kaligrafi dengan Khat "Al-Islam", kaligrafer internasional yang berasal Syiria, mengakui untuk membutuhkan waktu kurang lebih dua hari untuk menulisnya.
Disamping dukungan dari pemda Kab Jombang, Kegiatan semacam ini perlu ditingkatkan dan difasilitasi oleh NU, khususnya NU Jombang. Hal ini bisa dijadikan pusat kajian islam tentang kaligrafi yang bertaraf internasional di kota santri, Jombang.
Ahmad Athoillah menyebutkan bahwa festival Kaligrafi Internasional ini adalah bagian dari kegiatan hari santri nasional yang merupakan program dari PBNU. Festival Kaligrafi Internasional ini banyak diminati dari luar negeri. Khsusnya pecinta-pecinta kaligrafi dari negara-negara ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, hadir juga Thailand, Timor Leste dan juga perwakilan dari negara Phlipina.
Bahkan Negara islam yang minoritas sekalipun, yaitu dari Kamboja dan juga negara Laos telah menghadiri acara Festival Kaligrafi Internasional. Peserta dari Negara Timur, yaitu Arab Saudi, turki dan Jordania. Tak luput juga pecinta Kaligrafi dari negeri Bambu, RRC, Tiongkok China. Peserta Festival Kaligrafi Internasional ini telah dihadiri kurang lebih 120 pecinta kaligrafi di seluruh dunia.
Yang lebih menarik dalam kegiatan festival Kaligrafi Internasional selain lomba dan pameran kaligrafi adalah saat acara pemberian sanad (ijazah kaligrafi) dari pengurus Organisasi kaligrafi Internasional.
Inilah bentuk pembentengan dari radikalisme. yaitu pemberian sanad. Sanad adalah tradisi keilmuan yang menjunjung tinggi adab keilmuan. Dan Nahdlatul Ulama sudah dari sejak pendirinya menjunjung tinggi sanad keilmuan.
Keilmuan kaligrafi Arab membutuhkan ketelitian dan tingkat sabar yang tinggi selain luwes juga khat yang dihasilkan menjadi lembut dan cantik serta berkarakter. Kaligrafi dengan Khat "Al-Islam", kaligrafer internasional yang berasal Syiria, mengakui untuk membutuhkan waktu kurang lebih dua hari untuk menulisnya.
Posting Komentar untuk "Membendung Radikalisme dengan Festival Kaligrafi Internasional"