Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Amalan Masyarakat yang Ijma Ulama Punya Dasar dan Dalilnya

 Apa yang biasa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat kita, bukan hanya sebatas tradisi, namun itu semua memiliki dasar dan landasan yang kuat dalam syari'at kita. 

1. Tahlilan


Tahlil diambil dari bahasa Arab "at-Tahlil" yang berarti membaca kalimat Tauhid "La Ilaha Illallah". Namun makna tahlil melebar dari makna aslinya dalam bahasa Arab. Tahlil dalam tradisi kita berarti rangkaian acara yang terdiri dari membaca beberapa ayat dan surat dari al-Qur'an seperti al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas, ayat al-Kursi, awal dan akhir dari surat al-Baqarah, membaca dzikir-dzikir seperti tablil, tasbih, tabmid, shalawat dan semacamnya, kemudian diakhiri dengan doa dan hidangan makan. Semua rangkaian acara ini dilakukan secara berjama'ah dan dengan suara yang keras

Tahil atau Tahlilan hukumnya adalah boleh dalam syari'at Islam. Karena semua acara yang ada dalam rangkaian tahlil tidak ada sesuatu apapun yang terlarang. Dalil-dalil yang menunjukkan kebolehan tahlilan dapat dilihat dalam dalil-dalil tentang membaca al-Qur'an untuk mayit, dzikir berjama'ah dan penjelasan tentang perkara-perkara yang bermanfa'at untuk mayit.

Rasulullah bersabda:

اسْتَكْثِرُوا مِنَ البَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ ، قيل : وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : التَّكْبِيرُ وَالتَّهْلِيلُ وَالتَّحْمِيدُ وَالتَّسْبِيحُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلا بِاللهِ (رواه ابن حبان والحاكم وصححاه وأحمد وأبو يعلى وإسناده حسن)

"Perbanyaklah oleh kalian dari al-Baqiyat ash- Shalihat...!". Ditanyakan kepada Rasulullah: Apakah al-Baqiyat ash-Shalihat itu, wabai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Takbir, Tahlil, Tahmid, Tasbih dan "La Haula Wa La Quwwata Illa Billah". 

(HR. Ibn Hibban, al-Hakim dan keduanya menyatakan shahih. Juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya'la dengan sanad yang Hasan)

2. Sedekah dalam tahlilan bermanfaat untuk mayit.

Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih- nya dari sahabat Abdullah ibn Abbas:

أن سعد بن عبادة رضي الله عنه توفيت أمه وهو غائب عنها، فقال يا رسول الله إن أمِّي تُوُفِّيتْ وأنا غائب عنها، أينفعها شيء إن تَصدَّقْتُ به عنها؟ قال؛ نعم، قال: فإني أُشْهِدُكَ أَنَّ حائطي المخراف صدقة عليها 

Bahwa Sa'd ibn Ubadah ketika ibunya meninggal beliau sedang tidak berada di tempat. Kemudian setelah datang ke Madinah beliau menghadap Rasulullah dan bertanya: "Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu saya tidak ada di dekatnya. Apakah ada sesuatu yang bermanfaat baginya jika aku sedekahkan atas dirinya?", Rasulullah menjawab: "Iya". Lalu Sa'd ibn 'Ubadah berkata: "Jika demikian maka aku menjadikan anda sebagai saksi bahwa kebunku yang sedang berbuah itu adalah sedekah atas dirinya"

[Shahih al-Bukhari, Kitab al-Washaya (wasiat-wasiat)]

Ath-Thabarani meriwayatkan dalam kitab al-Mu'jam al- Awsath dari sahabat 'Abdullah ibn 'Amr, bahwa ia berkata: Rasulullah bersabda:

إِذَا تَصَدَّقَ أَحَدُكُمْ بِصَدَقَةٍ تَطَوُّعًا فَلْيَجْعَلْهَا عَنْ أَبَوَيْهِ، فَيَكُونُ لَهُمَا أَجْرُهَا وَلَا يَنْتَقِصُ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا (رواه الطَّبَرَانِي وقال الحافظ السيوطي: وَأَخْرَجَ الدَّيْلَمِيُّ نَحْوَهُ).

"Jika salah seorang di antara kalian bersedekah sunnah maka bendaklah ia jadikan pahalanya untuk kedua orang tuanya, sehingga keduanya mendapat pahala sedekah tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang bersedekah itu sendiri". 

[HR. ath-Thabarani dan ad-Dailami meriwayatkan badits serupa sebagaimana dikatakan oleh as-Suyuthi, Syarh ash-Shudur, h. 266].

3. Doa Dan Memohon Ampunan (Istighfar) dalam tahlilan bermanfaat Bagi Mayit.

Doa dan istighfar orang yang masih hidup untuk orang yang sudah meninggal akan bermanfaat bagi mayit. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam al-Bukhari bahwa suatu ketika Aisyah berkata di hadapan Rasulullah: "Alangkah sakitnya kepalaku...!". Lalu Rasulullah berkata kepadanya:

ذَاكِ لَوْ كَانَ وَأَنَا حَيٌّ فَأَسْتَغْفِرُ لَكِ وَأَدْعُو لَكِ (رواه البخاري)

"Jika itu terjadi (engkau sakit dan meninggal) dan aku masih hidup maka aku akan mohon ampunan bagimu dan aku akan berdoa bagimu". (IR. al-Bukhari)

(Faedah hadits): Dalam hadits ini Rasulullah bersabda: "Wa ad'u laki" (...dan aku akan berdoa bagimu); kalimat ini memberikan pemahaman kebolehan seluruh doa dengan berbagi macamnya, termasuk di dalamnya doa seseorang yang ia bacakan setelah membaca al-Qur'an agar disampaikan pahala bacaannya bagi mayit, dengan umpama mengatakan: "Ya Allah sampaikanlah pahala apa yang telah aku bacakan dari al-Qur'an kepada ruh si fulan".

Ath-Thabarani meriwayatkan dalam al-Mu'jam al-Ausath dan al-Baihaqi dalam Sunan-nya dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata: Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أني لي هذه ؟! فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لكَ. ولفظ البيهقي: "بِدُعَاءِ وَلَدِكَ لَكَ" (أخرجه الطبراني وقال الحافظ السيوطي: "وَأَخْرَجَهُ البخاري في الأدب عن أبي هريرة مَوْقُوْفًا).

"Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang bamba yang saleh di surga, lalu ia berkata: Wahai Tuhan-ku dari mana saya memperoleh semua ini? Maka dijawab: Itu dari istighfar anakmu untukmu". Dalam riwayat al-Baihaqi: "Dari doa anakmu untukmu". (HR. ath-Thabarani dan al-Bukhari meriwayatkannya secara Manquf dari sahabat Abu Hurairah sebagaimana dikatakan oleh as-Suyuthi, Syarh ash-Shudur, hal. 263.)

Al-Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar menuliskan sebagai berikut

باب ما ينفع الميت من قول غيرهة أجمع العلماء على أن الدعاء للأموات ينفعهم ويصلم ثوابه واحتجوا يقول الله تعالى: وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ولإخوابنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمان (الحشر: ١٠)، وغير ذلك من الآيات المشهورة بمعناها، وفي الأحاديث المشهورة كقوله صلى الله عليه وسلم اللهم الحفر الأهل بقيع الغرقد (رواه مسلم)، وقوله صلى الله عليه وسلم: اللهم اغفر لحينا ومينا ( رواه الترمذي والنسائي وأبو داود، وغير ذلك. اهـ

Bab apa yang dapat memberikan manfaat bagi mayit dari perkataan orang lain. Para ulama telah sepakat bahwa doa bagi orang-orang (muslim) yang telah meninggal dapat bermanfaat bagi mereka, dan sampai kepada mereka pahalanya. Mereka berdalil dengan firman Allah: "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa "Wahai Tuhan kami, berilah ampun bagi kami dan bagi saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami". (QS. al Hasyr: 10), dan selain ayat ini dari ayat-ayat lainnya yang masyhur dengan kandungan makna yang sama. Juga terdapat banyak hadits yang sangat populer (masyhur) Rasulullah mendoakan ahli kubur, seperti doa beliau bagi penduduk pemakaman al Baqi': "Ya Allah, ampunilah ahli kubur Baqi' al- Gharqad" (HR. Muslim), juga doa beliau "Ya Allah, ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan arang yang telah meninggal di antara kami" (HR. at Turmudzi, an-Nasa-i dan Abu Dawud)

4. Membaca Surat Yaasiin Bagi Mayit

Terdapat hadits-hadits Rasulullah yang menganjurkkan untuk membaca surat Yaasiin bagi mayit. Ini menunjukan bahwa surat Yaasiin memiliki keistimewaan, sekaligus memberikan pemahaman bahwa apa yang biasa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat kita dalam membacakannya bagi orang yang meninggal di antara mereka, atau untuk tujuan-tujuan tertentu; bukan hanya sebatas tradisi, namun itu semua memiliki dasar dan landasan yang kuat dalam syari'at kita. 

Dari Ma'qil ibn Yasar, ia berkata: Rasulullah telah bersabda:

اقْرَءُوا ليس عَلَى مَوْتَاكُمْ (رواه أبو داود والنسائي في عمل اليوم والليلة وابن ماجه وأحمد والحاكم وابن حبان وصححه)

"Bacalah oleh kalian surat Yaasiin atas mayit-mayit kalian". (HR Abu Dawud, an-Nasa-i dalam Amal al-Yaum Wa al-Lailah, Ibn Majah, Ahmad, al-Hakim, dan Ibn Hibban yang men-shahihkannya)

Sebagian ulama hadits menilai hadits ini sebagai hadits dla 'if. Namun demikian Ibn Hibban telah menilainya sebagai hadits shahih. Sementara itu, Abu Dawud juga meriwayatkan hadits ini dalam kitab Sunan, dan beliau tidak mengomentarinya (diam). Ini artinya dalam penilaian Abu Dawud hadits tersebut berkualitas hasan, sebagaimana beliau menyatakan sendiri dalam pembukaan kitab Sunan-nya bahwa hadits-hadits yang beliau riwayatkannya dalam kitab tersebut dan oleh beliau tidak dikomentari maka hadits- hadits tersebut memiliki derajat hasan. Demikian pula al- Hafizh as-Suyuthi mengatakan bahwa hadits di atas sebagai hadits hasan.

5. Haul

Ketika kita kehilangan orang tercinta, semisal orang tua, saudara atau guru, tentu kita akan sulit untuk melupakannya karena rasa kehilangan yang amat sangat. Kita boleh bercerita tentang kebaikannya, kita boleh mengenangnya, bahkan kita boleh bersedekah makanan seperti daging kambing atau apapun dengan niat sedekah untuk orang yang kita kenang tadi. Itulah yang kemudian kita sebut dengan HAUL.

Seperti itulah yang dilakukan Rasulullah ﷺ karena cinta beliau kepada Ibu Kita Khadijah.

حَدَّثَنِي عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَسَنٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ وَمَا رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أَعْضَاءً ثُمَّ يَبْعَثُهَا فِي صَدَائِقِ خَدِيجَةَ فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلَّا خَدِيجَةُ فَيَقُولُ إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ

'Aisyah radhiallahu'anha berkata, "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi ﷺ sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah melihatnya. Akan tetapi ini karena beliau sering sekali menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan acapkali beliau menyembelih kambing, memotong-motong bagian-bagian daging kambing tersebut, lantas beliau kirimkan daging kambing itu kepada teman-teman Khadijah. Suatu kali aku pernah berkata kepada beliau yang intinya seolah tidak ada wanita di dunia ini selain Khadijah. Maka spontan beliau menjawab, "Khadijah itu begini dan begini dan dari dialah aku mempunyai anak."

[H.R Bukhari]

6. Berdzikir berjama'ah

 عَنْ الْأَغَرِّ أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ قَالَ أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Dari Al A'raj Abu Muslim bahwasanya dia berkata, 'aku bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Sa'id Al Khudri bahwasanya keduanya menyaksikan Nabi ﷺ bersabda, 'Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, kecuali dinaungi oleh para malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat, akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah 'Azza wa Jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para Malaikat-Nya

[H.R Muslim]

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَلَائِكَةً فُضُلًا يَتَّبِعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ يَجْتَمِعُونَ عِنْدَ الذِّكْرِ

Dari Abu Hurairah berkata, Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla memiliki para malaikat yang mencari majelis-majelis zikir, mereka akan berkumpul dalam majelis zikir tersebut.

[H.R Ahmad]

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ أَبَا مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Nashir berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Amru bahwa Abu Ma'bad mantan budak Ibnu 'Abbas, mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma mengabarkan kepadanya, bahwa mengeraskan suara dalam berzikir setelah orang selesai menunaikah shalat fardlu terjadi di zaman Nabi ﷺ. Ibnu 'Abbas mengatakan, "Aku mengetahui bahwa mereka telah selesai dari shalat itu karena aku mendengarnya."

[H.R Bukhari & Muslim]

7. Maulid Nabi

رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ ، فَقَالَ : " مَا أَجْلَسَكُمْ؟ " قَالُوا : جَلَسْنَا تذكر الله عز وجل، وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِكَ، قَالَ : " اللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَلِكَ؟ " قَالُوا: اللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَلِكَ، قَالَ : " أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ، وَإِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ عليه السلام فَأَخْبَرَنِي أَنَّ الله عز وجل يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ»

Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah mendatangi sebuah halaqah sahabatnya, Lalu bertanya, "Majelis apakah ini?" mereka menjawab, "Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah Azzawajalla dan kami memuji-Nya karena petunjuk-Nya kepada Islam dan Dia telah MENGARUNIAI KAMI DENGAN ENGKAU (RASULULLAH ﷺ).

Beliau bersabda: Demi Allah, tidakkah kalian duduk selain karena dorongan itu?" Mereka menjawab, "Demi Allah, kami tidak melakukannya kecuali karena hal itu." Beliau bersabda: "Ketahuilah bahwasanya saya meminta sumpah kalian bukan karena saya ragu terhadap kalian hanya Jibril Alaihissalam pernah datang kepadaku, lalu mengabariku sesungguhnya Allah Azzawajalla membanggakan kalian di hadapan para Malaikat karena perkumpulan kalian.

[H.R Ahmad, al-Thabarani, an-Nasa'i, al-Baihaqi dan lainnya]

Rasulullah ﷺ  bersabda:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ 

"Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan kepadaku."

[H.R Muslim]

8. Tawassul, Tabarruk, Istighatsah

Hadits riwayat Al-Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah dan lainnya:

عَنْ مَالِك الدَّار وَكانَ خَازِنَ عُمَرَ قال: أَصَابَ النَّاسَ قَحْطٌ فِيْ زَمَانِ عُمَرَ فَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوْا، فَأُتِيَ الرَّجُلُ فِيْ الْمَنَامِ فَقِيْلَ لَهُ: أَقْرِئْ عُمَرَ السَّلاَمَ وَأَخْبِرْهُ أَنَّهُمْ يُسْقَوْنَ، وَقُلْ لَهُ عَلَيْكَ الكَيْسَ الكَيْسَ، فَأَتَى الرَّجُلُ عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ، فَبَكَى عُمَرُ وَقَالَ: يَا رَبِّ لاَ آلُوْ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ.

وقال الحافظ ابن حجر في الفتح: رواه ابن أبي شيبة بإسناد صحيح، وقال ابن كثير في تاريخه (ج/ص: 7/  105) اسناده صحيح

Artinya, “Paceklik datang di masa Umar, maka salah seorang sahabat (yaitu Bilal bin Al-Harits Al-Muzani) mendatangi kuburan Nabi dan mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah untuk umatmu karena sungguh mereka betul-betul telah binasa.’ Kemudian orang ini bermimpi bertemu dengan Rasulullah. 

Rasulullah berkata kepadanya, ‘Sampaikan salamku kepada Umar. Beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka. Katakana kepadanya, 'Bersungguh-sungguhlah dalam melayani umat.’’ Kemudian sahabat tersebut datang kepada Umar dan memberitahukan apa yang dilakukannya dan mimpi yang dialaminya. Umar menangis dan mengatakan, ‘Ya Allah, Saya akan kerahkan semua upayaku kecuali yang aku tidak mampu.’”

Hadits diatas dinilai sahih oleh al Bayhaqi, Ibnu Katsir, al Hafizh Ibnu Hajar dan lainnya.

Wallahu a'lam

Posting Komentar untuk "Amalan Masyarakat yang Ijma Ulama Punya Dasar dan Dalilnya"